Minggu, 19 April 2009

EMOSI JIWA 1

EMOSI JIWA
Mengapa emosi jiwaku meledak-ledak tat kala aku mengalami sesuatu hal yang kurang menyenangkan?,mengapa aku kurang kontrol terhadap sikapku tersebut ?.Apakah ini bukan suatu kecerobohan?.Aku jadi berfikir ternyata memimpin orang lain dalam suasana yang demokratis membutuhkan hati yang lapang,kadang ego kita jadi hilang karena suara kita tak bermakna ketika suara banyak menghendaki lain dari pendapat kita.Memang kita butuh kesepakatan-kesepakatan yang tertulis dengan jelas tentang hal-hal yang boleh kita lakukan dan apa yang tidak boleh kita lakukan.Kadang ada manusia yang bersikap oportunis,yaitu yang mau enaknya sendiri tanpa mau bersusah payah.Saya sudah berusaha menjadi pelayan yang baik bagi teman-teman yang saya pimpin,sampai-sampai ketika dosen masuk ke ruang kelas aku harus memanggil mereka untuk masuk kelas,belum lagi kalau ada tugas dari dosen aku harus menjelaskan sedetail-detailnya meskipun tugas tersebut sudah di tulis di papan tulis.Belum lagi kalau ada ulangan,kadang ada teman yang meminta jawabanya,ini yang kadang mengganggu konsentrasi belajarku.Ada juga yang secara berkelompok mereka bekerja sama untuk saling tukar jawaban,ini yang membikin suasana kelas menjadi kacau balau dan gaduh.Dalam posisi seperti ini aku tak dapat berbuat banyak untuk menentramkan mereka.
Kita sudah sepakat mengadakan iuran perbulan Rp 10.000,00 untuk menyediakan komsumsi bagi para dosen,untuk foto copy yang jumlahnya sedikit,untuk sosial teman yang sakit,untuk hal hal lain yang tak terduga.Tapi kenyataannya ada juga yang tidak membayar.Lalu apakah aku harus menegur mereka,kita ini sudah sama-sama dewasa,umur sudah kepala 4 apakah kita tidak malu dengan diri kita sendiri.Coba kalau kita bertindak pada murid kita masing-masing,apa yang kita lakukan ?.Seakan-akan kita menasehati supaya mereka rajin belajar,berbuat baik pada sesama teman,dan bla......bla.......bla.......
Ironis memang kita ini sebagai guru,keilmuan kita ditingkatkan dengan belajar ke S1-PGSD ,UNESA lagi,tapi semangat belajar kita ogah-ogahan,ada kesulitan sedikit kita tidak masuk,dan minta diabsen masuk.Kalau ada tugas kita minta dikerjakan teman,tapi kalau ada teman yang kesusahan kita tidak peduli,pulang ingin cepat,dan lain sebagainya.Lalu apa yang dapat saya perbuat dengan ini semua ?.Mereka kalau ada apa-apa dengan dosen suruh menghadap sendiri tidak berani,minta diantar.Belum lagi kalau ada dosen yang tidak hadir senangnya bukan main.Lalu apa yang harus saya perjuangkan dengan ini semua ?
Aku sebagai Pimpinan kelas sebenarnya sebagai jembatan antara mahasiswa dengan dosen,kalau ada masalah yang berkaitan dengan perkuliahan kita bisa sharing,untuk memecahkan bersama-sama.Ini belum apa-apa sudah mengatakan jam kosong,padahal ada tugas dari dosen yang tidak masuk pada hari itu dan tugasnya harus dikumpulkan pada hari itu juga.
Aku pernah diingatkan oleh Bapak Sirajudin,dosen yang kurang disenangi oleh beberapa mahasiswa.Beliau berkata : “Yan kamu harus hati-hati dan punya bukti otentik berkaitan dengan tugas yang di berikan oleh dosen kepada kamu,kadang ada teman yang mengadu kamu dengan dosen tersebut,katanya sudah mengumpulkan tugas tapi nyatanya belum.”
Memang di kelas A ini aku mendapat kesan yang yang kurang mengenakkan yaitu dengan peristiwa hilangnya 2 HP milik Bu Dwi Asmara,bayangkan kuliah belum dapat 2 bulan sudah ada yang kehilangan HP.Aku berfikir ini guru atau orang yang bukan guru ?.
Belum lagi ketika ada teman yang mempunyai masalah dengan suami mereka,kadang aku diajak berbicara masalah keluarganya,aku sendiri sebenarnya risih,aku merasa kurang pantas kalau diajak bicara,karena aku sendiri banyak sekali menghadapi problem dalam kehidupan ini.Memang ada beberapa teman yang mempunyai masalah dengan keluarganya masing-masing,bahkan sampai ada yang ketingkat perceraian.Aku sendiri sebenarnya tidak mempunyai solusi terhadap permasalahan mereka,karena semua keputusan tergantung dari hati nurani mereka masing-masing.Aku hanya menyarankan mereka untuk banyak berdoa dan berdoa,karena hanya itulah senjata kita satu-satunya yang kita miliki sebagai orang yang beriman dan yang merasa mempunyai Allah SWT.
Oh ........ dunia ini memang aneh,kadang kita dipandang sebelah mata oleh orang lain,tapi kadang kita dipandang berlebihan oleh orang lain.
Aku sendiri kadang berlebihan terutama terhadap salah satu teman sekelasku yang juga tetangga satu RW,mengapa aku selalu memikirkannya padahal ia bukan siapa-siapa bahkan dia sendiri dengan aku biasa-biasa saja.Tapi mengapa justru jalan kehidupan yang ia alami menjadi suatu ispirasi bagi diriku untuk menulis sebuah puisi,padahal kalau ketemu di kelas kami biasa-biasa saja seakan kami juga tak saling kenal,jarang sekali aku ngobrol dengan dia membicarakan tentang sesuatu.Karena hal tersebut justru membuat rasa cemburu pada istriku karena aku terlalu berlebihan memperhatikannya.Kalau ada tugas apapun ia minta tolong dengan ringan tanganpun aku datang kerumahnya,kadang dengan anakku dan akhir-akhir ini aku mengajak istriku.Aku sendiri menghindari fitna yang timbul.
Aku menyadari banyak hal yang harus aku kerjakan aku tak boleh terlena dengan khayalan-khayalan yang dapat menghancurkan diriku.Aku sudah mempunyai belahan jiwa,aku sudah mempunyai 3 mutiara,bahkan kami sudah mengarungi bahtera rumah tangga hampir 16 tahun dan dasar perkawinan kami bukan materi,pangkat,derajat atau yang bersifat duniawi.Perkawinan kami adalah sebuah perkawinan yang diawali oleh saling percaya tanpa kenal lebih dahulu.Hal itu dilandasi oleh rasa iman kehadirat Allah SWT.Aku seharusnya bersyukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi karunia pada diriku dengan kehadiran belahan jiwaku dan aku mempunyai mertua yang agamais yang senantiasa memberikan nasehat-nasehat pada diriku kalau aku meghadapi suatu masalah,belum lagi aku mempunyai teman-teman yang seakidah yang selalu memberi masukan pada diriku apabila aku menghadapi masalah.
Aku sekarang baru menyadari arti dari sebuah cinta dalam bahtera rumah tangga,betapa marahnya belahan jiwaku kalau aku lebih memperhatikan perempuan lain dari pada dirinya.Hal itupun pernah aku tanyakan pada perempuan temanku,iapun akan marah kalau suaminya bersikap seperti itu.Sungguh betapa cintanya belahan jiwaku padaku,ia tak mau berbagi kasih dengan wanita lain,aku baru tahu bagaimana kalau ia sedang marah tentang hal itu,ia membicarakan hal itu dengan kedua orang tuanya dan keluarganya,termasuk dengan kakak perempuannya,sampai-sampai kakaknyapun ikut sakit hati dengan aku,padahal beliau belum mengetahui duduk permasalahannya.Tetapi mertuaku justru menasehati aku supaya banyak berdoa.
Memang secara kodrati masak ada wanita yang mau untuk berbagi kasih dengan wanita lain.Aku sendiri pernah dinasehati oleh temanku yang lebih tua dari aku yaitu Ibu Patumi,beliau mengatakan bahwa aku harus hati-hati dalam bergaul dengan teman-temanku,tidak semua kejadian di kelas harus aku ceritakan pada belahan jiwaku,karena hal itu mungkin akan menyakiti hatinya.Sebenarnya sih aku mau bersikap terbuka pada belahan jiwaku,termasuk ketika aku diajak makan-makan dengan teman-teman sekelas di rumah makan,eh belahan jiwaku jadi marah-marah.Nah ini akibatnya kalau mengatakan apa adanya pada sang istri.Tapi aku sendiri tak bisa menyembunyikan sesuatu pada sang istriku terutama tentang kejadian aku dengan teman-temanku.
Di kelas A ini aku mempunyai beberapa teman yang selalu mengingatkanku kalau aku melakukan kesalahan,beliau adalah Ibu Patumi,Ibu Sri Mulyati,Mami,Emak dan ada temanku yang berani menegur aku kalau aku ini jangan suka marah-marah,atau bahasa Jawanya “Ngamu’an”,memang sih kadang-kadang emosiku ini suka meledak-ledak,aku ingin kelas ini menjadi kelas yang kompak,semua teman sepakat,semua mengiyakan,tapi kenyataannya dalam hal keuangan yang berkaitan dengan sosial tidak semua teman melakukan apa yang pernah di ucapkan.Contoh yang nyata adalah setelah aku cek daftar iuran wajib ternyata ada beberapa teman yang menunggak sampai 3 bulan.
Dengan Kejadian diatas aku jadi berfikir,bagaimana sebaiknya aku bersikap,apakah aku harus diam dengan hal tersebut,apakah aku harus memikirkan teman-teman yang pro aktif saja,atau aku bersikap cuek saja,banyak juga sih teman yang baik,seperti bu Sri winartik,bu Sunarsih,bu Ellys,bu Rita Lusiana,pak Heri,pak Mahfud,bu Nanik,bu Rochmulyati dan masih banyak lainnya.Mereka selalu mendukung hal-hal yang positif yang berkaitan dengan kelas A
Ada kejadian baru-baru ini yang berkaitan dengan kaos olah raga,banyak teman yang kurang puas dengan warnanya,bahannya,ukurannya.Mereka mengadu padaku,aku katakan bahwa kesalahan ini tidak semata-mata kesalahan dari Pak Untung yang aku serahi untuk memesan kaos tersebut,ini adalah kesalan kita semua,mengapa ketika semester satu untuk segera mengumpulkan uang untuk pembelian kaos banyak yang tidak menbayar,ini akibatnya kita tidak dapat memberi uang muka yang cukup untuk Dpnya.Akibatnya ya ini yang kita peroleh,disamping itu kaos sudah terlanjur sudah kita pesan,masak kita kembalikan.Aku akhirnya mengatakan hal ini pada Pak Untung untuk bersabar terhadap ocehan teman-teman yang kurang puas.Ini adalah benih-benih ketidak puasan teman-teman terhadap pengurus kelas.Bahkan setelah aku cek pembayaranya ada juga yang kurang,bahkan ada yang belum membayar sama sekali.
Ini masih kelompok masyarakat kecil yang terdiri dari 56 jiwa yang sudah berumur dan dewasa,tapi dalam bersikap dan bertidak kadang diluar logika dunia akademisi,ada yang pesolek,ada yang pendiam,ada yang biasa biasa saja,ada yang oportunis,ada yang sekedar datang,ada yang serius,ada yang low profil,dan setiap jiwa mempunyai karakter yang berbeda. Ini adalah keunikan dari manusia,bahkan menurut teori pysikologi bahwa tidak ada manusia yang identik dalam kepribadiannya,meskipun ia manusia kembar.Disinilah aku mulai berfikir tentang seni memimpin orang-orang dewasa semacam itu yang hidup dalam dunia akademisi yang semestinya mengedepankan logika daripada emosi,mengedepankan rasionalitas daripada perasaan.Memang dalam belajar kita harus mengikutsertakan perasaan kita agar kita dapat menjiwai proses pembelajaran yang sedang berjalan,tetapi kaidah logika tetap berjalan.
Hari Selasa,14 Apr. 09 pukul 08.15 malam telepon rumahku berdering tiga kali,baru setelah itu aku angkat,aku kira Ibu Ika si Bendahara kelas A,tapi ternyata suara temanku sewaktu SD yang sekarang satu kelas denganku lagi di UNESA.Gagang telepon aku angkat dan aku katakan : “Halo dengan siapa ini “.Telepon tersebut tidak dijawab malah terdengar suara tawa seringai kecil.
“He aku iki “ Ia menggunakan bahasa jawa yang merupakan bahasa ibu bagi kami.
”Oh kamu,ada apa ?”,tanyaku.”He apa PRnya sudah kamu garap ?”. tanyanya.
”Belum,memangnya ada apa ?”. tanyaku lagi.
“Ya kalau sudah aku pinjam “ jawabnya.
“PR yang mana,Fisika atau komputer ?” tanyaku lagi.
Dia menjawab :”Ya kalau bisa ya semuanya,Eh aku buat nilai apa tidak ,untuk komputer?”
Aku menjawab : “Ya alangkah lebih baik apabila ada data yang ada sehingga aku tinggal memasukan dan mengetik,jadilah sudah sehingga aku tidak mengarang nama murid dan nilai “
Dari gagang telepon terdengar tawa seringai : “Oh wong iki !”
Setelah itu aku mendengarkan obrolannya tentang macam-macam termasuk ia menasehati aku untuk sabar menghadapi teman-teman,memang orang banyak,ya bagaimana lagi.
Beberapa hari kemudian aku mendengar telepon derdering lagi,aku angkat dan ternyata temanku lagi.”Halo,Pak Yani ,Bu Mia pinjam PR Fisika.”
“Lo ...memang punyamu apa belum selesai ?,katannya kamu minta bantuan sama temanmu?”jawabku lewat telepon itu.
“Iya sih aku sudah serahkan pada temanku tapi belum selesai,gini aja pakoke Bu Mia besok pinjam punya sampean”.kata temanku tersebut dalam telepon seakan memberi penekanan.
“Ya...ya.... aku pinjami,tapi siapa yang mengambil bukunya ?” tanyaku dalam telepon.
Ia menjawab : “Ya anakku Yanti yang ambil “.
Aku menjawab : “Wah...kalau anaknya yang mengambil aku tak mau,harus ibunya yang mengambil “. Dalam hatiku mengoda temanku tersebut.
“Adu Pak Yani aku ndak bisa,aku nunggui anakku yang kecil si Vivi yang lagi tidur,dan nanti Yanti sambil ngantarkan buku sampean yang ketinggalan “.jawabnya seakan memelas.
“Oh... ya...ya... kalau gitu boleh sambil barter,kalau gitu aku tunggu “.balasaku lewat telepon.
“Ya kalau gitu terima kasih,ya....” ia membalas ucapanku.
“Ya sama-sama...” setelah itu telepon aku tutup.
Tak lama kemudian putri dari temanku tersebut yang bernama Yanti datang kerumah mengendarai sepeda motor.Ia matikan sepeda motornya ,turun dan mengetuk pintu rumahku.saat itu aku masih memberi bimbingan belajar anak kelas VI .
“Oh Yanti.. Silahkan masuk Yan.” Sambil membuka pintu.
Yanti pun masuk dan aku ambilakan buku PR Fisika dan sedikit aku terangkan halaman dan nomor soal yang aku tulis,Yanti hanya mengangguk dan mengatakan ya...ya....setelah itu ia pulang.
Aku sendiri heran dengan teman-temanku,betapa tidak, aku sendiri sebenarnya kurang begitu paham terhadap apa yang diterangkan oleh Pak Gino sebagai Dosenku.Kebetulan juga Pak Gino adalah guruku ketika kami di SPGN 1 Surabaya,Jl.Teratai no.1.Sebenarnya sih enak juga apa yang diterangkan oleh beliau,tapi rumusnya ini yang agak susah aku pahami.Aku sendiri kurang yakin dengan jawabanku apakah benar apa tidak,tapi teman-teman perempuan banyak yang pinjam.Bahkan bukuku di oper dari satu teman keteman yang lainya.
Pada 18 April 2009,untuk pertama kali aku mendapat tugas menyusun soal ujian akhir kelas enam,yaitu untuk soal Bahasa Jawa ,berpasangan dengan Bu Sumini guru kelas VI SDN Bulak Banteng II.Penyusunan itu diadakan di SDN SIWED IV,JL.Randu 100 .Aku disitu bertemu dengan beberapa guru kelas VI dari berbagai SD dan beberapa Kepala Sekolah.Aku adalah satu-satunya guru kelas V.Karena Bu Sumini sudah berpengalaman dalam menyusun soal tersebut,jadinya kami sudah mulai mengetik soal sesuai dengan kisi-kisi yang tersedia.Oh ya.... di tempat itu aku bertemu dengan Sunarto temanku waktu di SPG dan Bu Tarwiyah ,teman waktu ia mengajar di SDN Bulak Banteng I.
Waktu berjalan terus,tiada yang dapat menghentikan,karena sang waktu selalu menepati janjinya tuk berjalan terus tiada henti.Hari itu bertepatan dengan hari Sabtu,dimana pukul 13.00 WIB aku harus sekolah di Moestopo.Jam sudah menunjukan pukul 12.00.pekerjaan kurang beberapa soal lagi.Hampir pukul 13.00 pekerjaan baru selesai,dan aku print dengan dibantu oleh pak Saproni.Setelah selesai pekerjaan itu aku serahkan pada Pak Heri Purwanto selaku K3S.Kec.Kenjeran,dan aku menerima honor pembuatan soal sebesar Rp 50.000,00.Akupun mengucapkan terima kasih.
Selesai menyusun soal aku terus ke Jl.Moestopo untuk sekolah,betul juga perkiraanku bahwa aku terlambat.Untungya dosennya cukup baik mau menerimaku masuk meskipun aku terlambat.Dosen tersebut adalah Bu Retno,beliau pengampu mata kuliah Aplikasi Komputer.Kegiatan hari itu menyusun tabel belanja barang pada program exel.Akupun memilih salah satu komputer aku nyalakan dengan dibantu oleh mas Prapto.Kemudian aku buka program exel dan aku masukan data yang ada dipapan tulis maka jadilah apa yang telah diajarkan oleh Bu Retno.Saat pengerjaan data ter sebut aku berdampingan Bu Murni,ia ini kadang sangat lucu kadang aku sendiri agak takut dengannya karena kalau bergurau agak keterlauan,disamping itu teman-teman yang lain sering mengoda dengan kata-kata :”Susu murni-susu murni” maka teman yang lainya jadi tertawa terbahak-bahak.Memang sih Bu Murni ini agak gemuk ukuran tubuhnya,jadinya kelihatan tambun.
Selesai pelajaran aku menyerahkan tugas komputer pada Bu Retno untuk di copy pada lap top beliau,dan selesai itu aku cek tugas teman-teman ternyata ada yang yang tertinggal yaitu 2 orang.
Jam II mata kuliah dilanjutkan dengan pelajaran Pendidikan Pancasila yang diampu oleh Bapak Waspodo,beliau gaya mengajarnya sukup demokratis dan fun sehingga kami jadi enjoe aja......... bahkan diantara kami terjadi dialog dan tanya jawab,sehingga perkuliahan menjadi hidup.Lebih-lebih kalau yang bertanya adalah Pak Untung Saung,suasana jadi ger...... karena Pak Untung menanyakan peristiwa aktual meskipun kadang agak melenceng dari topik yang sedang dibicarakan.Nah kalau aku bisa bertanya untuk menghidupkan suasana perkuliahan dan aku sendiri supaya tidak mengantuk.Setelah mata kuliah berakhir dilanjukan mata kuliah Konsep Dasar IPA I yang diampu oleh Bapak Gino yang merupakan Dosen Fisika.Nah ini ada sedikit masalah yaitu ternyata PR yang aku kerjakan dikumpulkan jadinya aku tertinggal karena belum ku salin di kertas tugas sebagaimana mestinya.Pada hari itu Pak Gino menjelaskan tentang gerak vertikal,beliau menerangkan rumus-rumus tentang gerak gravitasi,waktu,dan berkaitan dengan hal tersebut.Nah pada sesi ini banyak teman yang puyeng memikirkan rumus-rumus yang njelimet.Setelah Pelajaran mata kuliah Fisika selesai dilanjukan dengan Stategi Pembelajaran yang diampu oleh Bapak Subagio.Beliau ini orangnya sangat fun dan enjau,beliau sangat menghormati para mahasiswa yang sudah berumur ini.Meskipun pada saat itu ada temanku yang anaknya ikut masuk di tempat perkuliahan beliau tidak marah atau mnegur pada temanku tersebut,bahkan beliau sangat memakluminya.Perkuliahan hari itu diakhiri pukul 20.00 WIB dan kamipun pulang kerumah masing-masing.

Tidak ada komentar:

KELAS 4A DIMASA PANDEMI

Kondisi pandemi yang hampir satu tahun ini menyebabkan pembelajaran dilakukan 100 % melalui daring. Anak-anak hanya bisa bertemu gurunya mel...