Rabu, 23 Januari 2019

MENUNGGU WAKTU

Ketika pohon kesombongan itu berdiri kokoh
Akarnya semakin mencengkeram tanah tandus
Maka biarkanlah ia merajalela
Semua itu ada batasnya
Teguhlah dengan keyakinanmu
Kesombongan itu tak abadi selamanya
Memang tampak kukuh bakuh
Tapi keropos di dalamnya
Ia seakan bermunajad pada Ilahi
Tapi terlena dengan sepi
Semua seakan tiada berarti
Karna malam di telan sunyi
Kini apalagi yang mau dikata
Semua seakan tak berguna
Hilang sirna tak bermakna
Ditelan kesunyian senja
Duhai sang durja perayu dosa
Tiada engkau berkata apa-apa
Hanya nyinyir yang kau sapa
Tanpa tahu siapa Dia disana
Kalaulah munajad-munajad yang terurai
Hanya kelam sunyi yang terbantai
Bak butiran pasir di tepi pantai
Tanpa nyali seribu kali
Apalah arti ketaatan pada sang kalifah
Bila melanggar janji sumpah serapah
Semua menumpuk bagaikan sampah
Terinjak-injak di bawah terompah
Kalaulah langit bisa berkata-kata
Kan menjawab apa adanya
Bercerita tentang noda dan cela
Walau merusak sendi-sendi yang ada
Kelam sunyi merangkul dusta
Apalah arti hidup tanpa cerita
Torehan sejarah menjelang senja
Semua tertulis dalam bait kata perkata
Inilah saat menunggu waktu
Kan terjawab semua itu
Dalam hitungan satu-satu
Menemukan iringan senja biru
Lidah terasa kaku
Hatipun terasa pilu
Kini tinggal waktu yang membisu
Terjawab sudah tangis dan peluh

Tidak ada komentar:

KELAS 4A DIMASA PANDEMI

Kondisi pandemi yang hampir satu tahun ini menyebabkan pembelajaran dilakukan 100 % melalui daring. Anak-anak hanya bisa bertemu gurunya mel...