Kamis, 02 Juli 2009

RUMAH TANGGA

RUMAH TANGGA

Rumah tangga mempunyai falsafah yang amat dalam. Rumah mempunyai arti suatu tempat yang sangat nyaman untuk di tempati,suatu tempat untuk berteduh,suatu tempat untuk berlindung,suatu tempat untuk mendapatkan ketenangan,kenyamanan, dan kebahagiaan lahir dan batin. Sedangkan kata tangga mempunyai arti suatu titian yang harus dilewati tahap demi tahap untuk sampai pada suatu puncak yang disebut rumah .Artinya tangga itu berawal dari dasar,dari nol, dari sesuatu yang tadinya rendah menuju suatu yang lebih tinggi. Sehingga kita dapat mencapai puncak tersebut melewati titian setahap demi setahap.Oleh karena itu untuk membangun sebuah rumah tangga yang ideal adalah harus mempunyai dasar yang kuat, mempunyai pondasi yang kokoh. Bahan-bahan pembuat rumah tersebut dipilh yang kuat dan tidak rapuh. Itulah nilai filosofinya membangun sebuah rumah tangga.
Sekarang pada tataran teoritis membangun sebuah rumah tangga,yaitu sebuah rumah tangga dibangun atas beberapa dasar atau elemen yaitu : Kepercayaan,kejujuran,tanggung jawab dan saling pengertian diantara kedua belah fihak,yaitu si pembangun rumah tersebut.Kalau itu semua ada dalam bangunan rumah tangga tersebut maka yang namanya cinta akan nampak dari dasar atau elemen tersebut. Tentu saja disini tidak boleh meninggalkan kaidah syariat agama yang menjadi landasan pokok dalam berumah tangga.
Kepercayaan menjadi modal utama karena dari kepercayaan itulah kedua belah fihak yaitu suami dan istri akan merasa tenang dan nyaman ketika kedua belah fihak berada saling berjauhan,karena masing-masing percaya bahwa pasangannya tidak akan berbuat macam-macam diluar koridar rumah tangga yang telah disepakati. Kalau ada sedikit saja rasa tidak percaya yang timbul dari salah satu pasangan maka benih-benih ketidak percayaan tersebut akan dapat menghancurkan bangunan yang kokoh apapun bahan dan bentuknya.
Kejujuran menjadi landasan yang utama kedua karena dengan kejujuran itulah saling percaya dapat dibangun dengan mudah. Dengan kejujuran tersebutlah rumah tangga akan dapat di bangun setahap demi setahap. Kejujuran merupakan pilar kedua setelah kepercayaan. Kalau ada salah satu pasangan yang tidak jujur dalam membangun rumah tangga tersebut maka rumah tangga tersebut akan sulit dibangun dengan kokoh.
Tanggung jawab merupakan pilar yang ketiga dalam membangun rumah tangga, karena dengan rasa tanggung jawab dari masing-masing pasangan tersebut akan tercipta kondisi yang harmonis,sejuk,damai meskipun badai yang menerpa rumah tangga itu datang bertubi-tubi.Disamping itu tanggung jawab merupakan karakter yang harus dimiliki oleh tiap-tiap pasangan,tetapi disini tidak ada saling mendominasi antara satu fihak terhadap fihak yang lain,melainkan harus adanya kerja sama yang sinergi antara kedua belah fihak.
Saling pengertian merupakan pilar yang ke empat dari elemen yang utama tersebut. Sebenarnya saling pengertian akan terbangun apabila ada saling tanggung jawab tadi. Tapi disini saling pengertian adalah memahami kekurangan dan kelebihan dari pasangan masing-masing dan tidak mempersoalkan dari kekurangan yang ada. Semua masalah diatasi bersama dengan adanya saling pengertian. Akan tetapi saling pengertian ini sulit terwujud apabila ada salah satu fihak yang ingin mendominasi atau ingin mengendalikan fihak lainnya,atau dengan kata lain ada salah satu fihak yang ingin menang sendiri. Saling pergertian dapat diartikan juga yaitu saling melengkapi akan kekurangan masing-masing dan saling melindungi apa yang menjadi hak dan kewajibannya masing-masing.
Agama merupakan landasan utama dalam membangun rumah tangga. Karena dari situlah syareat lahir,aturan-aturan lahir yang sangat sesuai dengan fitra manusia. Manusia mempunyai dedikasi yang tinggi karena ia sangat teguh dalam memegang prinsip keberagamaannya. Untuk itu agama adalah kunci utama dalam berumah tangga. Manusia akan mempunyai sandaran ketika rumah tangganya mengalami suatu problem yang pelik. Yaitu ia akan kembali pada Allah S.W.T,tidak pada yang lainya, selain Allah.
Dengan prinsip-prinsip itulah maka saya beranikan diri untuk membangun bahtera rumah tangga.Meskipun pada awalnya banyak sekali kendala yang saya hadapi. Baik yang bersifat interen maupun yang bersifat ektern. Kerena saya punya keyakinan yang melandasi keberanian tersebut yaitu agama yang saya yakini.
Disamping itu saya punya prinsip bahwa dalam hidup saya yang sekali ini saya harus dan harus menikah cukup sekali,meskipun agama yang saya yakini membolehkan menikah lebih dari satu,tetapi saya sendiri mempunyai pertimbangan lain berdasarkan pengalaman dan perjalanan hidup dari keluarga besar kedua orang tuaku. Ada juga pertimbangan lain yaitu rasa keadilan yang belum tentu dapat aku jalankan dalam kehidupan ini.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa setiap wanita dalam hati kecilnya tidak ada yang mau berbagi dalam urusan suami. Ia berpendapat bahwa suami adalah miliknya seorang. Memang ada beberapa wanita yang mau dimadu tetapi prosentasinya sangatlah kecil,dan itu hanya dilakukan oleh wanita-wanita yang luar bisa serta si suami juga seorang yang luarbiasa dalam menjalani kehidupan dengan penuh rasa keadilan.
Aku sendiri tidak mempunyai pemikiran atau keinginan untuk mempunyai istri lebih dari satu. Hal itu atas dasar kesetiaan yang ada pada istriku. Kami awalnya berangkat dari nol,kami tidak punya apa-apa,kami hanya punya apa yang melekat pada badan. Atas dasar itulah aku memandang betapa setianya istriku meskipun kami dalam keadaan yang serba kekurangan. Kami mengawali sesuatu itu dengan keadaan yang serba sulit. Kami pada awalnya tidak saling kenal,akan tetapi dalam waktu yang singkat kami harus hidup berumah tangga, kami sendiri tidak mempunyai modal yang cukup,modal kami adalah apa yang saya sebutkan diatas.

Kesetiaan itu sendiri akan muncul dari kepercayaan yang ada lebih dulu.Salah satu buah dari cinta itu adalah kesetiaan,nah kadang-kadang kesetiaan ini pulalah yang dapat menimbulkan rasa cemburu,saking setiannya pasangan suami istri,maka kalau salah satu pasangannya memperhatikan sesuatu yang bukan istrinya maka rasa cemburu itu akan muncul secara alamiah. Inilah yang saya alami ketika banyak waktu yang aku gunakan di luar rumah. Hal itu merupakan kewajaran yang timbul dari kesetiaan. Cuma rasa cemburu yang berlebihan juga dapat menghacurkan bahtera rumah tangga yang sudah dibangun. Disini membutuhkan pertimbangan rasional yang seimbang, dalam hal apa rasa cemburu itu perlu ditampilkan ? karena rasa cemburu yang berlebihan akan mematikan kreatifitas seseorang dalam mengembangkan karier ataupun bakat-bakat yang lainnya.

Tidak ada komentar:

KELAS 4A DIMASA PANDEMI

Kondisi pandemi yang hampir satu tahun ini menyebabkan pembelajaran dilakukan 100 % melalui daring. Anak-anak hanya bisa bertemu gurunya mel...