Selasa, 28 Januari 2014

BENCANA MELANDA NEGERIKU


          Tahun 2014 ini penuh dengan bencana di negeriku, Gunung Sinabung di Sumatra ta henti-hentinya mengeluarkan lahar panas dan debu beribu-ribu ton tiada henti sampai akhir Januari ini, disusul dengan banjir di Jakarta yang semakin luas, tak lama kemudian banjir bandang melanda Manado dan menelan korban jiwa kurang lebih 20 orang, banjir di Jawa Tengah meluas di jalur pantura sehingga melumpukan jalur ekonomi, paokan bahan bakar ke beberapa SPBU terhenti pengiriman logistik kebebrapa daerah juga terhenti karena banjir hampir menenggelamkan jalan Dandeles yang merupakan urat nadi perekonomian pantura.

            Berita duka ternyata belum berakhir, ada berita baru tentang terjadinya genpa bumi 6,5 skala rickter di daerah Bantul sampai Kebumen. Tanah bergerak di daerah Jawa Barat, banyak rumah-rumah yang roboh, ternak-ternak yang mati, padi-padi yang tenggelam, tambak-tambak yang ikannya hilang, tanah-tanah longsor.

Sungguh ironis di negeriku yang tercinta ini, sebenarnya apa yang terjadi dengan semua ini ?, apa yang sedang dipertontonkan alam pada kita semua ?, kenapa senandung kepiluan yang didengarkan, kenapa orkestra tangis mulai dari Sinabung, Jakarta, Manado, Bantul, Kebumen dan sebagian kota di Jawa barat dimainkan secara bersamaan ?.

Media TV tak henti-hentinya menayangkan kepiluan warga negara yang tak berdaya, sementara para politisi menebar janji lewat baliho-baliho yang dipasang hampir  di semua pojok-pojok jalan untuk dapatnya dipilih untuk menduduki kursi dewan yang empuk.

Indonesia, negeri dengan ribuan pulau yang sumber daya alamnya melimpah ruah, kini kelimpungan menderita oleh serangan bertubi-tubi dari bencana yang melanda. Indonesia yang merdeka dengan ribuan nyawa dikorbankan, mulai dari Patimura, Diponegoro, Tuanku Imam Bonjol, Pangeran Antasari, I Gusti Ketut Jelantik, Cut Nyak Din, Panglima Polim, Teuku Umar, dan masih banyak lagi darah para shuhada mengalir demi berdirinya Republik ini. Akankah sia-sia perjuanga beliau-beliau ini untuk Republik ?

Belum lagi peristiwa heroik arek-arek Surabaya yang terkenal dengan peristiwa 10 Nopember, disusul dengan Palagan Ambarawa, Bandung lautan api, Medan Area dan masih banyak peristiwa untuk menyuarakan kemerdekaan NKRI ini. Kenapa peristiwa ini tidak menjadi pelajaran untuk bersuyur atas karunia yang telah diberikan oleh Allah S.W.T

Kenapa kita tak kembali kepada Pembukaan UUD 1945 bahwa kemerdekaan ini atas berkat Rahmad Allah Yang Maha Kuasa yang didorong oleh keinginan luhur untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, mensejahterahkan bangsa, melindungi segenap bangsa Indonesia ?. kenapa darah para shuhada tidak dijadikan penyemai kemakmuran rakyat Indonesia ?, kenapa justru kerusakan alam yang dipertontonkan, penebangan hutan di Kalimantan berhektar-hektar, disusul dengan Sumatra, Sulawesi, Papua dan Jawa ?

Apakah ini semua bukan sebuah peringatan menjelang pemilihan anggota legeslatif pada tanggal 9 April 2014 yang akan datang ?. atau bukan sebaiknya uang untuk pemilu tersebut dikembalikan kepada rakyak melalui pembangunan infrastruktur yang rusak akibat bencana alam tersebut, bendungan-bendungan yang jebol, jembatan-jembatan yang putus, sekolah-sekolah yang hancur, sawah-sawah yang gagagl panen, atau rumah-rumah penduduk yang rusak dan rumah sakit-rumah sakit  bagi warga yang menderita akibat bencana tersebut.

Tidak ada komentar:

KELAS 4A DIMASA PANDEMI

Kondisi pandemi yang hampir satu tahun ini menyebabkan pembelajaran dilakukan 100 % melalui daring. Anak-anak hanya bisa bertemu gurunya mel...