Surabaya, 8/11/2019. Bertempat di halaman SDN Tanah kalikedinding I/251 Surabaya, semua warga besar Arkensi memperingati hari Pahlawan 2019. Hari ini disi dengan berbagai acara, ada kirab keliling kampung dan lomba senam poco-poco yang di ikuti oleh semua peserta perwakilan kela 4-6. Inilah gaya dan aksi para guru dengan kostum ala pahlawan. tapi kebanykan mereka mengenakan pakian doreng ala tentara masa kini.
Kami mencoba posting yang berkaitan dengan dunia pendidikan dan sastra terutama cerpen,novel,puisi dan lainya.
Jumat, 08 November 2019
PENYEMATAN SELEMPANG PANGERAN DAN PUTRI LINGKUNGAN HIDUP 2019
Surabaya, 6/11/2019 bertempat di rumah dinas Walikota Surabaya Ibu Tri Rismaharini, 3 anak finalis Pangput 2019 dari SDN Tanah Kalikedinding I/251 Surabaya yaitu Lintang Arimbi Langga, Foni Sundaram dan Dewa menerima penyepatan selempang pangput 2019 langsung dari Ibu Risma. Mereka semua didampingi oleh orang tuanya masing-masing dan guru pembina lingkungan. Mereka diterima oleh Ibu Rimas mulai pukul 13.30 sampai pukul 15.00.
Sangat menarik seklai pertemua para finalis pangput yang berjumlah seluruhnya adalah 60 anak. 30 anak dari tingkat SD dan 30 siswa dari SMP. Cerita-cerita menarik datang dari lisan mungil mereka. banyak proyek-proyek dari potensi sampah dan dibuat sesuatu yang menarik. Foni Sundaram mempunyai foyek pemanfaatan kulit kerang menjadi berbagai hiasan dan tempat tissu. Lintang Arimbi Langga mempunyai proyek daur ulang kardus dan botol menjadi aneka tempat pensil atau mainan miniatur rumah atau mobil-mobilan. Dewa mempunyai proyek pemanfaatan karung beras menjadi tas syantik.
Senin, 16 September 2019
SELEKSI PANGPUT TAHAN II SD TAHUN 2019
Bertempat di SMPN 12 Surabaya seleksi Pangput LH 2019 diadakan. Pada Tahan II ini SDN Tanah Kalikedinding I/251 mengirimkan pesertanya yaitu :
1. Foni Sundaram
2. Pertiwi Eka Putri Handayani
3. Lintang Arimbi Langga
4. Dewa
5. Fitri
6. Oktavia
7. Rifqi Amrullah
Dari ke 7 peserta tersebut ternyata yang lolos ke tahan III hanay 5 peserta, yang tidak lolos yaitu Okta dan Fitri sedang yang lainnya dapat melanjutkan proyeknya dan aktif dalam kegiatan lingkungan untuk mengikuti pameran pada tahan III nanti dai kebun Bibit Bratang Surabaya.
1. Foni Sundaram
2. Pertiwi Eka Putri Handayani
3. Lintang Arimbi Langga
4. Dewa
5. Fitri
6. Oktavia
7. Rifqi Amrullah
Dari ke 7 peserta tersebut ternyata yang lolos ke tahan III hanay 5 peserta, yang tidak lolos yaitu Okta dan Fitri sedang yang lainnya dapat melanjutkan proyeknya dan aktif dalam kegiatan lingkungan untuk mengikuti pameran pada tahan III nanti dai kebun Bibit Bratang Surabaya.
Senin, 29 Juli 2019
BERKUNJUNG KE HOTEL GOLDEN TULIP LEGAZY SURABAYA
Beberapa hari yang lalu kami para penggiat lingkungan hidup yang tergabung dalam Tunas Hjau Indonesia mendapat kesempatan untuk berkunjung di Hotel Golden Tulip Legazy Surabaya. Kami ditemui oleh Ibu Maya selaku General Promosi. Kami di jamu di salah satu runag yang cukup representatif untuk mengadakan metting dengan semua anggota yang tergabung dalam "GOES TO BALI 2019". kami membahas rencana tindak lanjut dari kegiatan waktu di Bali bulan Juli lalu. Sungguh jamuan yang cukup ramah dari fihak hotel karen kami juga dirahkan oleh Mbak Nanas salah satu Mahasiswi Petra yang lagi magang di Hotel tersebut.
Mas Roni selaku Presiden Tunas Hijau Indoneisa memulai acara metting dengan beberapa sanbutan kemudian acara revieu tentang kegiatan di Bali. Setiap peserta menceritakan kesan-kesannya selama di Bali. Asyik juga kegiatan ini.
EKSOTISME DESA PENGLIPURAN PULAU DEWATA
Desa Penglipuran di Bali, sangatlah sederhana, akan tetapi dari kesederhaan tersebut terpancar keunikan warganya yang senantiasa menjaga kebersihan kampungnya. Semua rumah tertata dengan rapi dengan denah rumah yang sama untuk tiap keluarga. Setiap rumah ada tempat ibadah keluarga, Balai, dapur dan rumah induk keluarga. Inilah kultur yang dirawat dan dilestarikan secara turun menurun sehingga terjaga sampai sekarang.
Desa Penglipuran ini merupakan desa yang masuk dalam cagar budaya Internasional dan dilindungi oleh PBB melalui UNESCO. dan merupakan desa terbersih ke 3 seluruh dunia. Untuk masuk ke desa tersebut harus melalui prosedur adat yang telah ditentukan, sepeda motor atau kendaraan roda empat harus parkir agak jauh dari desa tersebut, semua harus jalan kaki untuk menikmati keindahan desa Penglipuran tersebut.
Inilah beberapa spot foto yang dapat kami ambil baik di kampung atau di salah satu rumah warga Desa Penglipuran. Inilah eksotisme tempat tersebut
Minggu, 28 Juli 2019
WISATA BELAJAR BERSAMA DUTA LINGKUNGAN SURABAYA
Pada tanggal 5-7 Juli 2019 saya dapat kesempatan lagi untuk berkunjung ke Pulau Dewata bersama duta lingkungan hidup Pangput 2018. Kami semua terdiri dari 35 orang dengan rincian 20 siswa pangput 2018, 11 guru pendamping. 4 penguru Tunas Hijau Indonesia. Tempat yang kami kunjungi semuanya berkaitan dengan lingkungan hidup yaitu, Desa Panglipuran, Hutan Mangrove. GWK, Tanjung Benoa penangkaran penyu dan Pasar Cening. Kami Tinggal di hotel West Westen dekat pantai Kuta.
Kami bersama Pangput 2018 yaitu Natheniela Lenanny Subagio, Moza, Cendra, Echa, dan beberapa yang lainnya. untuk guru pendampingnya yaitu Bapak Pendik, Mom Mamik dan yang lainnya.
Sangat seru dan dan mengesankan saat mengunjungi Pulau bali ini.
Indonesian is beatyful
Rabu, 30 Januari 2019
PESONA YANG HAMPIR HILANG
PESONA
YANG HAMPIR HILANG
Gejolak hati ini
rasanya selalu gelisah, entah apa yang digelisahkan. Ada semacam sumbatan yang
tak tersalurkan, bagaikan aliran air mengalir, tapi sampai di tengah jalan ada
yang menghambat. Ada semacam hembusan angin mendesir pelan menyisir halus di
belantara padang savanna kehidupan. Ada desiran ombak kecil yang bergelombang
lembut di samudra kehidupan, kadang riyak-riyak kecil menghantam biduk yang
melaju gontai. Kadang ada penumpang yang tak tahu bagaimana supaya biduk ini
melaju dengan tenang da nyaman. Hempasan ombak kecil yang semestinya menjadi
hiasan dan perjalanan tapi justru menjadi malapetaka bila tak dapat
dikendalikan. Suasana menjadi sepi dan kegalauan hatipun seakan menyayat hati.
Musim hujan ini
menambah suasana seakan menenggelamkan bayangan yang indah, justru gambaran
bencana banjir yang melanda beberapa daerah semakin mencekam dan menambah
kepedihan. Hujan yang semestinya menambah berkah kini berubah menjadi bencana. Manusia-manusia
serakah yang menghabiskan hujan menjadi ladang terbuka menyebabkan rembesan air
tiada yang menyimpan. Tanah longsorpun tiada terhindarkan. Korban kini saling
berjatuhan, manusia yang semestinya bisa menjaga alam sekitar justru mereka
yang merusaknya. Semua akibatnya baru terasa setelah beberapa tahu berlalu. Inilah
takdir yang digali oleh manusia sendiri. Anak-anak menjadi korban, ibu-ibu
binggung karena seisi rumah tenggelam dalam air yang mengalir dengan derasnya,
jembatan-jembatan putus, gedung sekolah roboh, ternak-tenak hilang entah
kemana.
Di akhir tahun
2018 dan awal 2019 seakan alam memberikan jawaban atas ulah manusia yang
serakah. Di tahun politik yang mulai memuncak justru saling fitnah dan mencerca
berseliweran di media social atau tayangan televisi , bahkan ada juga tabloid
yang sengaja di sebarkan untuk mengoyak rasa persatuan dan kesatuan bangsa. Di tambah
serunya para manusia-manusai jalang yang ingin mendapatkan panggung ketenaran.
Ada juga yang memperdagangkan nilai-nilai agama. Seakan Tuhan bisa
diperjualbelikan. Tokoh agama gadungan saling bermunculan, ciutan tanpa dasar
logika yang jelas saking bersautan dan menyerang. Inilah fenomena yang sedang
terjadi sampai akhir bulan Januari ini.
Singgasana istana
yang diperebutkan di negeri ini seakan merupakan tujuan utama para
petualang-petualang kekuasaan. Undang-undang sudah mengatur semua kebutuhan
manusia yang hidup di negetri tercinta ini, tapi semua itu seakan hanya tulisan
di atas kertas, nilai-nilai moral yang semestinya menjadi acuan seakan sirna
ditelan riuhnya kampanye yang saling menjatuhkan. Pada posisi seperti ini hati
nurani dan akal sehat harus tetap di kedepankan semestinya, akan tetapi hanya
kegellisahan yang menggelayuti. Seandainya semua saling mengerti dan memahami
arti kehidupan ini tentu negeri ini akan semakin makmur dan sejahtera, walai
badai menghantam, sunami menerjang, gempa menggoyang tentu akan dapat diatasi
dengan kebersama, rasa cinta dan peduli yang membawa pada penyelesaian yang
indah.
Negeri khatulistiwa
yang mempunyai 17 ribu lebih pulau dan 1331 suku yang mendiami merupakan negeri
yang penuh pesona, penuh dengan kekayaan yang luar biasa melimpahnya dengan
jumlah penduduk terbesar ke 4 di dunia yaitu berjulah 260 juta lebih, tapi sayang
disayang kini pesonanya seakan hilang. Wajah pulau Dewata yang terkenal di manca
Negara seakan hambar, indahnya raja Ampat di Papua seakan tenggelam oleh aksi
bersenjata yang membunuh sesama anak bangsa. Rasa haus untuk meluluh lantakkan
NKRI seakan menjadi ambisi utama,meskipun di lidah dan mulutnya mengkatan cinta
NKRI, tapi perbuatanya nyata-nyata memecah belah sesama anak bangsa.
Rasa syukur akan
karunia kekayaan dan keberagaman negeri ini seakan sirna di telan berita bohong
yang saling susul menyusul. Rasa malu dari para penjahat negri telah hilang,
pagi melakukan korupsi, malamnya melakukan prostitusi. Aneh di negeri yang
berlandaskan nilai-nilai agama dan nilai luhur bangsa bangsa ini rusak oleh
ambisi pribadi tanpa mengelokkan rakyatnya ini. Rakyat terobang-ambing dengan
bualan para cerdik pandai tanpa makna, gelar akademis seakan tak punya makna sama sekali. Orang yang betul-betul
ingin menajukan negeri malah banyak di bully bahkan secara berjamaah
measukkanya dalam penjara. Orang yang hidup sederhana punya keluarga yang
harmonis malah menjadi bahan cacian yang tiada henti. Pemimpin yang baik hati
dan siap melayani selam 24 jam tiada henti malah direndahkan martabatnya. Inlah
negeri yang sedang dalam keserakahan duniawi.
Untung tak dapat
diraih, malang tak dapat di tolak, negeri ini masih banyak orang-orang yang
berhati baja dan punya nyali untuk membelanya, meskipun pesonanya hampir sirnah
akan tetapi tak memudarkan cahaya harapan di ufuk timur yang senantiasa hadir
dalam kehangatan. Negeri ini tak akan kehabisan
orang-orang tangguh dan pantang menyerah karena negeri ini dibangun dengan
tetesan darah para syuhada, doa para alim ulama, doa para ibu-ibu yang
merelakan anak-anaknya mengorbankanya nyawa demi tegaknya NKRI. Biarlah yang
serakah merajalela dan menyebar fitnah, tapi Tuhan pasti akan menghadirkan
penghuman-Nya. Mereka lupa bahwa negeri ini berdiri diatas pusara Waliyullah yang bertebaran di pelosok negeri.
Mereka luapa pada sesanti “Suro diro joyodiningrat lebur dining pangastuti”
Surabaya, 31 Januari 2019
Sabtu, 26 Januari 2019
BERSIH-BERSIH PANTAI BERSAMA KWARDA JATIM
Surabaya, 26-1-2019 tadi pagi bersama 1732 siswa dari berbagai daerah yaitu Gersik, Sidoarjo, Bangkalan dan Surabaya mengadakan acara Pramuka peduli lingkungan dengan membersihkan pantai Tambak Wedi Kenjeran Surabaya dari Sampah plastik. Pangkalan SDN Tanah Kalikedinding I/251 Surabaya mengirimkan 32 siswa dan 5 orang pembina pendamping. Mereka semua bersama-sama menjaga kelestarian tepi pantai dekat hutan bakau di Tambak Wedi Kenjeran Surabaya.
Jumat, 25 Januari 2019
SANG PENANTANG
SANG PENANTANG
Alam jangan dilawan, sekali dia disakiti maka jawabannya sangat mengejutkan. Fakta sudah membuktikan berapa banyak korban yang berguguran karena salah dalam memperlakukan alam.
Alam perlakukanlah dengan bijaksana sebagaimana dia memberikan kenyamanan, keteduhan, keindahan dan kenikmatan. Rawatlah ia, peliharalah dia, lestarikanlah dia maka ia akan menjawab dengan cintanya. Betapa banyak manusia dan makhluk hidup lainnya yang sangat tergantung dari alam, meskipun dia kau ludahi, kau injak-injak dia akan tetap diam.
Alam punya mekanika di luar logika, alam mempunyai keunikan tersendiri karena dia hanya tunduk pada satu perintah Ilahi. Karena dia adalah Sang Pemilik alam itu sendiri.
Rabu, 23 Januari 2019
KU KENANG SELALU
Waktu terus berlalu maju
Ternyata tak selamanya raga ini harus bertemu
Bertutur kata atau berdiskusi menjadi satu
Hanya tautan jiwa ini yang teringat selalu
Duhai bunda dan sahabat
Memang tangan ini jarang berjabat
Tapi perlu di ingat bahwa hati ini sudah tertambat
Merajut kebersamaan dan merenda preastasi bak kerabat
Ruang, waktu dan tempat
Merengkuh demensi bagaikan pelangi
Ukiran indah prilaku akan di kenang selalu
Sampai waktu menjelang tiba.
Tak selamanya keabadian itu ada
Semua ada batasannya
Tak kecuali usia yang semakin senja
Kalau ada tutur kata yang kurang berkenan
Mohon ampunan dari tuan
Kalau ada budi yang kurang berbakti
Mohon ampunan hamba ini
Inilah untaian syair dari kami
Makhluk yang selalu kurang ini
Apalah arti persaudaraan kini
Kalau tak diikat dengan silaturrahmi
Janganlah putus persaudaraan kita
Kalau memang ada cela
Saling nasehat itu banyak manfaatnya
Mengurangi dosa menambah berkah pahala..
Dari kami keluarga besar Arkensi
Arek kedinding siji yang selalu di hati
Surabaya, Kamis 26 Oktober 2017
Ternyata tak selamanya raga ini harus bertemu
Bertutur kata atau berdiskusi menjadi satu
Hanya tautan jiwa ini yang teringat selalu
Duhai bunda dan sahabat
Memang tangan ini jarang berjabat
Tapi perlu di ingat bahwa hati ini sudah tertambat
Merajut kebersamaan dan merenda preastasi bak kerabat
Ruang, waktu dan tempat
Merengkuh demensi bagaikan pelangi
Ukiran indah prilaku akan di kenang selalu
Sampai waktu menjelang tiba.
Tak selamanya keabadian itu ada
Semua ada batasannya
Tak kecuali usia yang semakin senja
Kalau ada tutur kata yang kurang berkenan
Mohon ampunan dari tuan
Kalau ada budi yang kurang berbakti
Mohon ampunan hamba ini
Inilah untaian syair dari kami
Makhluk yang selalu kurang ini
Apalah arti persaudaraan kini
Kalau tak diikat dengan silaturrahmi
Janganlah putus persaudaraan kita
Kalau memang ada cela
Saling nasehat itu banyak manfaatnya
Mengurangi dosa menambah berkah pahala..
Dari kami keluarga besar Arkensi
Arek kedinding siji yang selalu di hati
Surabaya, Kamis 26 Oktober 2017
MENUNGGU WAKTU
Ketika pohon kesombongan itu berdiri kokoh
Akarnya semakin mencengkeram tanah tandus
Maka biarkanlah ia merajalela
Semua itu ada batasnya
Teguhlah dengan keyakinanmu
Kesombongan itu tak abadi selamanya
Memang tampak kukuh bakuh
Tapi keropos di dalamnya
Ia seakan bermunajad pada Ilahi
Tapi terlena dengan sepi
Semua seakan tiada berarti
Karna malam di telan sunyi
Kini apalagi yang mau dikata
Semua seakan tak berguna
Hilang sirna tak bermakna
Ditelan kesunyian senja
Duhai sang durja perayu dosa
Tiada engkau berkata apa-apa
Hanya nyinyir yang kau sapa
Tanpa tahu siapa Dia disana
Kalaulah munajad-munajad yang terurai
Hanya kelam sunyi yang terbantai
Bak butiran pasir di tepi pantai
Tanpa nyali seribu kali
Apalah arti ketaatan pada sang kalifah
Bila melanggar janji sumpah serapah
Semua menumpuk bagaikan sampah
Terinjak-injak di bawah terompah
Kalaulah langit bisa berkata-kata
Kan menjawab apa adanya
Bercerita tentang noda dan cela
Walau merusak sendi-sendi yang ada
Kelam sunyi merangkul dusta
Apalah arti hidup tanpa cerita
Torehan sejarah menjelang senja
Semua tertulis dalam bait kata perkata
Inilah saat menunggu waktu
Kan terjawab semua itu
Dalam hitungan satu-satu
Menemukan iringan senja biru
Lidah terasa kaku
Hatipun terasa pilu
Kini tinggal waktu yang membisu
Terjawab sudah tangis dan peluh
Akarnya semakin mencengkeram tanah tandus
Maka biarkanlah ia merajalela
Semua itu ada batasnya
Teguhlah dengan keyakinanmu
Kesombongan itu tak abadi selamanya
Memang tampak kukuh bakuh
Tapi keropos di dalamnya
Ia seakan bermunajad pada Ilahi
Tapi terlena dengan sepi
Semua seakan tiada berarti
Karna malam di telan sunyi
Kini apalagi yang mau dikata
Semua seakan tak berguna
Hilang sirna tak bermakna
Ditelan kesunyian senja
Duhai sang durja perayu dosa
Tiada engkau berkata apa-apa
Hanya nyinyir yang kau sapa
Tanpa tahu siapa Dia disana
Kalaulah munajad-munajad yang terurai
Hanya kelam sunyi yang terbantai
Bak butiran pasir di tepi pantai
Tanpa nyali seribu kali
Apalah arti ketaatan pada sang kalifah
Bila melanggar janji sumpah serapah
Semua menumpuk bagaikan sampah
Terinjak-injak di bawah terompah
Kalaulah langit bisa berkata-kata
Kan menjawab apa adanya
Bercerita tentang noda dan cela
Walau merusak sendi-sendi yang ada
Kelam sunyi merangkul dusta
Apalah arti hidup tanpa cerita
Torehan sejarah menjelang senja
Semua tertulis dalam bait kata perkata
Inilah saat menunggu waktu
Kan terjawab semua itu
Dalam hitungan satu-satu
Menemukan iringan senja biru
Lidah terasa kaku
Hatipun terasa pilu
Kini tinggal waktu yang membisu
Terjawab sudah tangis dan peluh
Langganan:
Postingan (Atom)
KELAS 4A DIMASA PANDEMI
Kondisi pandemi yang hampir satu tahun ini menyebabkan pembelajaran dilakukan 100 % melalui daring. Anak-anak hanya bisa bertemu gurunya mel...

-
Tugas Mata Kuliah : Kajian Sastra Dosen Pengampu : Heru Subrata Jenis Tugas : Analisis Karya Sastra ( Puisi ) Nama Mahasiswa ...
-
Setelah mengadakan upacara bendera tiap tanggal 17 tiap bulan para dewan guru mencoba mengekpresikan diri dengan foto bersa...
-
Arena bermain yang representatif sangat dibutuhkan anak-anak, terutama bagi perkembangan motorik dan psykisnya. Nah di Kota Surabaya ini ...