Selasa, 23 September 2008

jannysurabaya

AKU SEBAGAI GURU SD


Pada tahun 1975,aku melihat seorang ibu naik becak berseragam abu-abu yang kata orang beliau adalah seorang guru,setiap aku berjumpa dengan beliau aku selalu memberi hormat : “Selamat pagi Bu ! “ ,beliaupun menganggukan kepala sambil terseyum manis.Padahal aku sendiri belum tahu namanya,serta mengajar dimana,yang pasti beliau seorang guru.Ketika itu aku masih berusia 7 tahun ,baru masuk kelas 1 SD.Hal tersebut berulang-ulang aku lakukan ketika berjumpa dengan beliau,karena kalau siang beliau selalu pulang lewat depan rumahku yang kebetulan rumahku berada di perempatan jalan.

Ketika aku masuk ke kelas satu SD dengan diantar oleh ayahku,aku sudah tidak canggung ataupun takut pada sosok seorang guru,karena ada sebagian temanku yang menanggis ketika memulai belajar di sekolah bahkan ada yang minta ditemani oleh ibunya,karena aku tahu bahwa guru adalah sosok orang yang ramah ,dan penuh hormat seperti guru yang sering aku sapa meskipun aku sendiri belum kenal,hal inilah yang terbawa dalam obsesiku sampai aku berusia 16 tahun dan aku putuskan masuk sekolah keguruan,tepatnya di SPGN 1 Surabaya,meskipun saat yang bersamaan aku juga diterima di SMAN 3 Surabaya,dan ternyata ada juga teman semasa SD yang juga mendaftar di sekolah keguruan tersebut dan hal ini menambah semangat aku untuk melanjutkan ke sekolah SPG .

Tak terasa 3 tahun aku menjalani pendidikan di SPGN 1 Surabaya tersebut dan aku lulus cukup lumayan sehingga tidak mengecewakan kedua orang tuaku.Setamat sekolah keguruan ternyata masuk dunia kerja tidak seperti yang aku bayangkan,sehingga aku tidal langsung mengajar,melainkan bekerja ikut orang sebagai kontraktor bangunan dan jalan,ternyata aku merasa hambar sepertinya ada sesuatu yang hilang dalam diriku entah perasan apa yang ada pada diriku,padahal saat itu aku mendapat gaji yang cukup lumayan karena aku mendapat tugas sebagai pemegang logistik.Nah untuk menutupi rasa hambarku tersebut pada waktu selesai bekerja aku mengajar anak-anak tetanggaku di rumahku yang sederhana dan sekaligus mengajari adikku sendiri,kini obsesiku bangkit kembali,kapan ya aku jadi guru,akhirnya aku mencoba membuat surat lamaran ke salah satu SD yang ada di daerahku,tetapi apa yang aku harapkan belum terwujud karena tidak ada lowongan.

Dari tahun ke tahun untuk mengisi waktu luangku aku mencoba membuka les privat dan ternyata usahaku tidak sia-sia,ada juga wali murid yang tertarik dengan sistim belajar yang aku kembangkan,memang pada awalnya hanya 2 atau 3 anak yang belajar di rumahku,lama-lama tambah banyak sampai-sampai rumahku tidak muat untuk anak belajar,ya.....dengan sangat menyesal anak yang belajar di rumah aku batasi,aku khawatir proses belajarnya jadi tidak efektif.Hal tersebut aku lakukan karena pagi sampai siangnya aku bekerja di kontraktor tersebut.

Pada tahun 1990,aku mendapat tawaran mengajar dari salah satu kakak kelasku waktu SPG yaitu Embak Anis namanya,beliau menawari aku untuk mengajar di SD yang beliau mengajar di sana,ya jelas tawaran tersebut aku sambut dengan tangan terbuka dan aku putuskan untuk keluar dari tempat kerja lamaku sebagai karyawan sebuah PT yang bergerak di kontraktor.Akupun membuat surat lamaran bekerja dan akhirnya diterima dan ini kenangan yang aku dapatkan waktu itu aku bertemu dengan Kepala Sekolah SDN Tanah Kali Kedinding VI Surabaya,aku diajak ngobrol bahwa menjadi guru itu susah,gajinya kecil dan waktu itu aku di beri honor Rp 20.000,-,tapi hal tersebut aku simpan saja dalam hati yang penting aku punya kesempatan mengajar secara formal di sebuah SD,insahAllah masalah rejiki pasti ada jalan keluarnya.

Awal-awal aku mengajar,aku mengajar di kelas III SD,pada usia ini anak paling senang dengan dongeng,dan sebagai salam perkenalan kepada anak-anak aku mendonggeng cerita klasik dalam bahasa jawa yaitu kisah Timun Emas dan Buto Ijo.Ternyata anak-anak sangat tertarik dan senang dengan ceritaku dan mereka tidak merasa takut denga kehadiranku,bahkan waktu istirahat tiba banyak anak-anak yang menghampiriku minta di beri donggeng lagi,ya... supaya mereka tidak kecewa akupun mendonggeng dengan cerita yang lainya sampai bel masuk sekolah berbunyi.Inilah kesan pertamaku ketika aku menjadi seorang guru.

Hari-hari bekerjaku berjalan seperti air mengalir dengan kegiatan belajar dan mengajar yang dipenuhi dengan suara anak-anak yang mengisi relung-relung kehidupanku.Aku merasa mempunyai semangat untuk dapat membangun nilai-nilai idealis yang pernah aku dapatkan dari bangku sekolahku dulu maupun dari berorganisasi selama aku terjun dalam organisasi kepemudaan.Aku teringat dengan pesan dari Guruku waktu SD yaitu Bapak Gutoma yang mengatakan bahwa pohon itu harus dapat berbuah dan buahnya dapat dimanfatkan oleh orang lain,memang sih.. awalnya aku kurang bisa memahami pesan dari guruku tersebut,tapi lama kelamaan aku mulai mengerti bahwa kita sebagai manusia harus dapat bermanfaat bagi orang lain dan membuahkan budi pekerti yang baik.

Tak terasa aku mengajar di SDN Tanah Kali Kedinding VI tersebut hampir 3 tahun,dan waktu itu ada kabar ada pengangkatan PNS yang akan di tempatkan di sekolah tersebut,ya....... jadinya aku siap-siap untuk mengundurkan diri karena setatusku adalah guru honorer jadi harus mengalah,kebetulan ada 3 orang honorer yang harus mengundurkan diri apabila ada PNS yang ditugaskan di sekolahku tersebut termasuk aku,karena sesuai perjanjian awal aku mengajar memang harus begitu,dan ternyata benar juga ada 3 PNS yang ditempatkan di sekolahku,jadinya aku dan 2 orang temanku harus mengundurkan diri.

Untuk sementara aku menganggur dulu tidak mengajar di suatu sekolah ,tetapi aku tetap memberikan les privat pada anak-anak yang ada di sekitar rumahku.Nah untuk mengisi kekosongan waktu di pagi hari untuk sementara aku bekerja sebagai klining servis di sebuah C.V yang bergerak di bidang kebersihan.Selang 6 bulan berlalu aku dipanggil olah kakak kelasku angkatan tahun ’82 yaitu Mas Gianto yang mengajar di SDN Bulak Banteng I-263 Surabaya,beliau memberi tawaran aku untuk mengajar,karena di SD tersebut ada kekosongan guru pengajar,ya tawaran itu tidak aku sia-siakan akupun membuat surat lamaran lagi dan menghadap kepala sekolah,besoknya aku bertemu dengan kepala sekolah dan langsung di terima dan mengajar di kelas 3.Ini betul-betul karunia yang datangnya dari Allah yang Maha Besar dan Maha Kasih,karena aku mendapat kesempatan mengajar lagi secara formal.

Tepatnya tahun 1993 aku mengajar di SDN Bulak Banteng I-263 Surabaya,yang merupakan wilayah kelurahan terpojok di sebelah utara Surabaya,dekat dengan selat Madura.Di SDN inilah aku mendapat tantangan yang cukup lumayan,hal itu terasa ketika melihat masyarakatnya yang majemuk,mulai dari nelayan,petani sayur,pekerja harian sampai pegawai kantoran,ya... seperti PNS dan tentara,semua ada di sekolahku yang baru tersebut.Belum lagi etnis yang aku hadapi juga majemuk sehingga aku harus pandai-pandai membawa diri dan beradaptasi dengan masyarakat setempat.

Awal aku mengajar di SDN Bulak Banteng ini suasana dengan anak-anak sangat mengasikkan,akan tetapi dapat beberapa bulan ada sedikit masalah dengan salah satu murid,yaitu anak perempuan yang aku tak tahu sebab-musababnya dia keluar kelas dan pulang,aku jadi bertanya pada diriku sendiri ada apa gerangan kok anak tersebut pulang tanpa izin lebih dahulu,aku jadi penasaran.Kebetulan anak tersebut memang selalu ditungguhi oleh neneknya,akupun bertanya pada neneknya mengapa anak tersebut pulang ?,neneknya menjawab bahwa hal tersebut sudah biasa ketika dia duduk di kelas II.Tapi jawaban nenek tersebut belum memuaskan diriku.

Hari esoknya anak tersebut aku cari di kelas, ternyata dia tidak masuk sekolah dan neneknya minta izin bahwa cucunya tidak mau sekolah.Akupun mengajar siswa-siswi yang lainya seperti biasa,tetapi dalam hatiku masih mencari penyebab dan solusi yang terbaik agar anak tersebut mau sekolah seperti anak-anak lainnya.Betul juga sepulang sekolah aku berkunjung kerumah orang tuanya untuk bersilahturahmi,disitu kami membicarakan permasalah putrinya untuk mencari solusi terbaik baginya,karena setelah aku ajak bicara waktu dirumahnya anak tersebut biasa-biasa saja sepertinya tidak ada masalah,tetapi ketika aku tanya apa dia mau sekolah ? ,ia menjawab mau,terus aku tanya mengapa kemarin tidak masuk sekolah ? ,dia diam tidak mau menjawab.Akhirnya aku berhenti bertanya untuk menghindari hal-hal yang tidak disenangi oleh muridku tersebut.

Persoalan diatas merupakan PR bagiku,jangan sampai anak tersebut sampai putus sekolah,akupun berfikir apa kira-kira yang paling disenangi anak tersebut.Untuk itu aku mencari informasi ke orang tuanya,disamping itu aku harus tahu permasalahan yang sebenarnya.Untuk sementara aku bilang kepada orang tuanya bahwa anak terseput aku beri dispensasi di rumah waktu satu minggu,dan orang tuanyapun setuju.Di waktu senggang aku mampir kerumah muridku tersebut dan mengajak ngobrol sambil cerita dan bermain apa yang dia suka,nah disela-sela pembicaraan itulah akhirnya terungkap bahwa dia takut pada salah satu guru bidang studi yang mengajar di sekolahku,yang katanya dia orangnya kereng.Akupun mencoba berbicara dengan temanku tersebut perihal muridku yang tidak mau sekolah dan temankupun memakluminya dan berusaha untuk ramah dalam mengajar anak-anak.Disamping itu aku merayu muridku supaya tidak takut pada guru,asalkan kita tidak melakukan kesalahan, hal itu sesuai dengan semboyan dan lambang bendera kita sang merah-putih,merah artinya berani dan putih artinya suci artinya bahwa kita tidak boleh takut selama diri kita berjalan dalam kebenaran,dengan hal tersebut diatas muridkupun mau sekolah lagi.Nah inilah pengalaman pertama aku mengajar di SDN Bulak Banteng I Surabaya.

Dengan kejadian diatas aku jadi berfikir bahwa sebagai seorang guru kita harus dapat melayani anak-anak dengan sebaik-baiknya dan harus dapat bekerja sama dengan orang tua murid untuk menggali akar permasalahan yang menimpa anak-anak kita,dan kita juga harus dapat bekerja sama dengan sesama tenaga pendidik di sekolah kita.Inilah hikmah yang aku dapatkan dari kejadian yang aku alami,aku jadi sadar bahwa pendidikan tak selamanya mulus seperti yang kita harapkan.Banyak sekali lika-liku yang tak terduga yang terjadi dan harus dapat kita lalui dengan sebaik-baiknya dengan cara yang bijaksana.Hal itulah yang mungkin dihadapi oleh para tokoh pendidikan kita zaman dahulu seperti Ki Hajar Dewantoro,Dewi Sartika dan tokoh-tokoh yang lainnya,dan saya yakin dan pasti persoalan yang beliu-beliau hadapi lebih sulit dan pelik dari pada persoalan yang aku hadapi.

Aku menyadari bahwa menjadi guru adalah panggilan hati,disinilah tantangannya yaitu mengajar dan mendidik adalah sebuah seni,seni untuk mengajar,seni berkomunikasi dengan murid,seni berkomunikasi dengan wali murid,seni menyampaikan materi supaya mudah dipahami murid,seni berkomunikasi dengan pimpinan,ya intinya seni mengahadapi sesama manusia.Mengajar tidak sekedar bekerja sebagai rutinitas,datang pagi pulang sore,tetapi mengajar adalah menanamkan kosep-konsep dasar untuk mengarungi kehidupan dimasa yang akan datang bagi anak didik kita,untuk itu diperlukan sentuhan seni agar menghasilkan sesuatu yang indah.Tentu saja supaya hasil yang kita harapkan menjadi indah perlu dilandasi dengan rasa ikhlas,ini adalah kunci dari sebuah profesi supaya maju,tanpa ada rasa beban berat di pundak kita.

Tahun 2003 ada pengumuman dari Dinas Pendidikan Kota ada tes penerimaan Guru Bantu,akupun mengikuti tes tersebut dan alhamdulillah aku diterima dan mendapat honor awalnya Rp 450.000,00,selang dua tahun kemudian naik menjadi Rp 710.000,00.Ini menjadi berkah tersendiri bagi diriku dan dalam mengajar aku bertambah bersemangat.Perubahan terus terjadi dan tidak ada yang dapat menghentikanya,dengan berlakunya otonami daerah,pada tahun 2007 aku diangkat menjadi CPNS,awalnya aku tidak percaya,karena aku mendapat kabar tersebut dari temanku yang aku sendiri tidak tahu namanya,tapi setelah aku diyakinkan untuk melihat pengumuman di kantor balai kota pada hari itu juga.Akupun berangkat di Jln.Wali Kota Mustajab Surabaya untuk melihat pengumuman dan ternyata kabar temanku tersebut memang benar,akupun bersujud syukur kehadirat Allah Yang Maha Pemurah.Setelah melihat pengumuman tersebut aku langsung menelepon Bapak Kepala Sekolahku yaitu Bapak Suratno,A.Ma.Pd yang kebetulan beliau lagi raker di Bandung,beliaupun mengucapkan selamat dan aku ucapkan terimah kasih atas doa beliau.

Sesampai dirumah aku jadi lemas antara percaya dan tidak,karena aku menjadi CPNS tanpa mengeluarkan biaya apapun.Disini aku merasa bahwa aku mempunyai rasa tanggung jawab yang lebih besar karena aku terikat dengan sumpah jabatan dan kode etik guru,inilah yang berat bagiku karena tugas ini adalah sebuah amanah yang ada dipundakku untuk mencerdaskan anak bangsa,hal ini tidak seperti ketika aku menjadi guru sukwan awal-awal aku mengajar dulu.Aku berfikir apakah aku mampu mengemban sumpah yang telah aku ucapkan,aku jadi gelisah maka untuk mengurangi beban mental yang aku hadapi,aku menemui ustadku untuk meminta nasehat beliau berkaitan dengan persoalan yang aku hadapi.Beliaupun memberi nasehat padaku bahwa pekerjaan guru adalah pekerjaan yang sangat mulia karena guru adalah orang yang memberikan sesuatu yang tak akan habis,menskipun sesuatu itu diberikan pada orang lain setiap detik dan setiap waktu bahkan sesuatu itu akan bertambah banyak yaitu ilmu.Setelah mendengar nasehat beliau hatikupun menjadi dingin akupun tidak gelisah lagi.

Kini aku telah diangkat oleh negara menjadi pegawai dan mendapat gaji dari negara untuk melaksanakan tugas di bidang pendidikan,melaksanakan amanah mencerdaskan anak bangsa,memerangi kebodohan dan mengukir talenta-talenta dari mutiara-mutiara negeri katulistiwa yang lagi terpuruk oleh resesi dunia yang tak kunjung usai.Kini layar sudah terkembang ,biduk sudah mengarungi samudra,pantang untuk kembali.Apapun yang terjadi anak negeri harus kita bebaskan dari kebodohan dan tidak terpuruk dalam percaturan dunia.Sekarang saatnya mengangkat pena emas,menulis lembaran sejarah pada jiwa-jiwa anak negeri yang akan jadi pemimpin dimasa yang akan datang,inilah tugas kita sebagai guru,bukan guru yang diguyu dan dirayu tetapi guru yang betul-betul di gugu dan dapat ditiru aklaq dan moralnya.

Ada sebuah kata bijak : Siapa yang berniat menjadi guru maka tiada kata berhenti untuk belajar dan mengajar.Dengan kata-kata tersebut berarti proses belajar dan mengajar berlangsung bagi seorang guru secara terus menerus,bukan berarti setelah mendapatkan NIP (Nomer Induk Pegawai) semangat belajar mengajar menjadi menurun,tetapi justru menjadi pemicu untuk lebih maju dan lebih bersemangat.Inilah yang diharapkan oleh negara dan masyarakat,bahwa guru-guru kita betul-betul menjadi pelayan masyarakat dalam bidang pendidikan.

Pendidikan adalah suatu proses pembentukan jiwa,mempersiapkan pribadi-pribadi yang siap menghadapi tantangan zaman dimasa datang,nah kalau si pendidiknya kurang menpunyai kepribadian yang jujur,teguh,ikhlas,tentu saja hasil dari pendidikan itu sendiri jadi kurang sempurna dan akan melahirkan pribadi-pribadi yang hanya mementingkan diri sendiri.Mudah-mudahan pemerintah lebih memperhatikan dunia pendidikan,karena maju mundurnya suatu negara dapat dilihat dari perkembangan dunia pendidikan di suatu negara itu.Lebih-lebih amanat U U D bahwa dalam APBN,anggaran pendidikan seharusnya 20 % dari jumlah keseluruhan.Kalau ini terwujud maka dunia pendidikan kita lebih maju dari sekarang,tentu saja kalau di kelola dengan jujur tidak korup.

Dengan jabatan yang baru ini tentu pekerjaan tidak selesai disini saja,justru pekerjaan dan tantangan semakin membentang di depan mata,serta bagaimana meningkatkan kualitas diri dan kualitas pendidikan di sekolahku pada khususnya dan di Indonesia pada umumnya.Lebih-lebih di era informasi ini,perkembangan teknologi sangat mempengaruhi dunia pendidikan.Pendidikan akan cepat di akses oleh segenap orang yang mengusai teknologi tersebut.Untuk itu pengusaan IT dimasa yang akan datang bagi segenap guru di Indonesia kelihatannya merupakan suatu kewajiban,ya... mungkin 5 tahun kedepan,kerena sekarang ini hampir di sekolah-sekolah dari tingkat SD sampai SMA sudah banyak yang mempunyai webside sendiri,sehingga murid bisa onlain dalam belajar lewat internet yang hampir menjamur di warnet-warnet yang ada.

Mudah-mudahan dimasa datang makin terbuka lebar kesempatan bagi anak Indonesia untuk dapat menikmati pendidikan yang murah,bagi segenap lapisan masyarakat Indonesia tak terkecuali akan mendapat perhatian dari pemerintah sehinggga Indonesia semakin jaya sebagaimana yang telah dijanjikan oleh pemerintah bahwa wajib belajar gratis harus dapat dinikmati oleh seluruh anak Indonesia.Guru-guru Indonesia semakin bangkit mengejar ketertinggalanya serta hidupnya sepenuhnya diabdikan untuk dunia pendidikan,karena pendidkan adalah infestasi yang tak ternilai harganya baik di dunia maupun di akherat.










Surabaya,1 Juni 2008
Penulis

Janny Mudjijanto

Tidak ada komentar:

KELAS 4A DIMASA PANDEMI

Kondisi pandemi yang hampir satu tahun ini menyebabkan pembelajaran dilakukan 100 % melalui daring. Anak-anak hanya bisa bertemu gurunya mel...